Komunikasi Verbal dan Non-Verbal


Komunikasi Verbal
            Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa juga dapat dianggap sebagai suatu sistem kode verbal (Mulyana, 2001: 237). Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Saat ini terdapat sekitar 10.000 bahasa dan dialek digunakan umat manusia di dunia. Setiap bahasa memiliki aturan-aturan:

  1. Fonologi: Cara bagaimana suara dikombinasikan untuk membentuk kata. 
  2. Sintaksis: Cara bagaimana kata dikombinasikan hingga membentuk kalimat. 
  3. Semantik: Arti kata. 
  4. Pragmatis: Cara bagaimana bahasa digunakan.

Bagaimana Kemampuan Berbahasa Muncul?
            Ada dua teori yang dapat menjelaskan hal ini: teori belajar dari behaviorisme dan teori nativisme dari Noam Chomsky. Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses: asosiasi, imitasi, dan peneguhan. Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu. Imitasi berarti meniru pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya. Peneguhan merupakan ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata itu dengan benar.
            Menurut Chomsky, teori behaviorisme seperti di atas tidak dapat menjelaskan fenomena belajar bahasa. Menurutnya, setiap anak mampu menggunakan suatu bahasa karena adanya pengetahuan bawaan yang telah diprogram secara genetik dalam otak kita. Ini disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD tidak mengandung kata, arti atau gagasan; tetapi hanyalah suatu sistem yang memungkinkan manusia menggabungkan komponen-komponen bahasa. Walaupun bentuk luar bahasa di dunia ini berbeda-beda, bahasa-bahasa itu memiliki kesamaan dalam struktur pokok yang mendasarinya. Hingga kini perdebatan antara kedua teori ini masih berlangsung. Kita di sini tidak perlu terbawa arus pertentangan itu. Yang perlu kita sadari adalah bahwa kedua teori ini akan memberikan dasar pemahaman bagi kita alam menyusun pesan verbal dalam proses komunikasi.

Bahasa dan Realitas
            Bahasa yang menampilkan elemen-elemen di dunia secara simbolis, ada yang abstrak. Ada keterkaitan yang erat antara bahasa dan realitas. Menurut teori principle of linguistic relativity, bahasa menyebabkan kita memandang realitas sosial dengan cara tertentu. Salah satu teori terkenal dalam kajian ini adalah teori Whorf. Secara singkat, teori Whorf mengatakan bahwa pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa; karena bahasa berbeda, pandangan kita tentang dunia pun berbeda. Secara selektif, kita menyaringkan data sensor yang masuk seperti yang telah diprogramkan oleh bahasa yang berbeda hidup di dunia sensori yang berbeda pula. Misalnya, orang Eskimo punya sekitar 30 kata tentang salju, sedangkan orang Indonesia Cuma punya satu kata, yaitu “salju”. Salah satu suku di Filipina memiliki 92 nama untuk “rice” dalam bahasa Inggris, orang Indonesia memiliki 4 nama (padi, gabah, beras, nasi), dan orang Inggris serta Amerika menyebutnya dengan satu kata saja, yaitu rice.
            Whorf juga menjelaskan kategori gramatikal suatu bahasa menunjukkan kategori kognitif dari pemakaian bahasa itu. Artinya kita memberikan makna kepada apa yang kita lihat, yang kita dengar, atau yang kita rasa sesuai dengan kategori-kategori yang ada dalam bahasa kita. Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep dalam suatu bahasa cenderung menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu. Meskipun kita dapat berpikir tanpa bahasa, bahasa terbukti mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Dengan bahasa, kita mengkomunikasikan pemikiran kita kepada orang lain dan menerima pemikiran orang lain. Singkatnya, kita tidak berpikir dengan kata-kata, tetapi sedikit sekali kita dapat berpikir tanpa kata. Di sini harus diingat, ada kata-kata yang dapat menghambat proses berpikir. Hal ini terjadi bila ada kebingungan dalam mengartikan kata-kata. Dalam menyajikan realitas, bahasa memiliki tiga keterbatasan:

  1. Prinsip non-identity (A is not A), kata-kata tidak selalu sama dengan realitas yang diacunya. Dunia telah berubah, bahasa tidak. Atau sebaliknya, bahasa berubah namun realitanya tidak. 
  2. Prinsip non-allness (A is not all A). Bahasa tidak akan pernah mampu menampilkan secara utuh suatu objek, peristiwa, atau orang yang kita rujuk. 
  3. Prinsip self-reflexiveness. Kita menggunakan suatu konsep dalam pengertian atau interpretasi kita sendiri.

Kata-kata dan Makna
            Kata-kata tidaklah bermakna, tetapi manusialah yang memberi makna. Dalam tilika psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada pikiran orang; pada persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman individu. Beberapa ahli menemukan bahwa kata-kata yang dipergunakan oleh individu mengalami perluasan makna yang negatif atau positif tanpa disadari. Hal ini terjadi karena kata-kata itu telah memperoleh makna tertentu pada diri pelaku komunikasi akibat pengalaman hidupnya.
            Jadi karena pengalaman hidup yang berbeda, orang mempunyai makna masing-masing untuk kata-kata tertentu. Inilah yang kita sebut makna perorangan. Tetapi bila semua makna bersifat perorangan tentu tidak terjadi komunikasi. Kita dapat berkomunikasi dengan orang lain karena ada makna yang dimiliki bersama di sini. Makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama.
Kesamaan makna karena pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikasi ditandai dengan kesamaan budaya, status sosial, pendidikan, ideologi, dan lain-lain. Hal ini terjadi kalau kita berbicara tentang makna konotatif. Makna konotatif menunjukkan asosiasi emosional yang mempengaruhi reaksi kita terhadap kata-kata. Sebetulnya setiap kita melahirkan konotasi yang berlainan bagi kita. Setiap orang bergantung pada pengalaman hidupnya. Makna kata tidak selalu berarti seperti yang tercantum dalam kamus (makna denotatif). Kita tahu bahwa kata yang kita ucapkan mungkin diartikan lain oleh orang lain.

Komunikasi Nonverbal
            Komunikasi nonverbal merupakan penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi nonverbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Lambang nonverbal dalam komunikasi manusia sangat memegang peranan penting. Ray Birdwhistell dari University of Pennsylvania, salah satu ahli komunikasi nonverbal, mengatakan bahwa hanya sekitar 30-35% komunikasi manusia dilangsungkan melalui kata-kata (verbal), dan selebihnya melalui cara-cara nonverbal. Dale Leathers menyebutkan enam alasan penting dari pesan nonverbal:

  1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. 
  2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. 
  3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. 
  4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. 
  5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. 
  6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.

Fungsi Pesan Nonverbal
            Mark L. Knapp menyebutkan lima fungsi komunikasi nonverbal. Adapun kelima fungsi komunikasi nonverbal tersebut ialah:

  1. Repetisi, mengulang kembali gagasn yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, jika saya menunjukkan persetujuan, saya menganggukkan kepala berkali-kali. 
  2. Substitusi, menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya: tanpa berkata, anda menunjukkan persetujuan anda dengan mengangguk-angguk. 
  3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya: anda memuji prestasi teman anda dengan raut muka yang sinis. 
  4. Komplemen, melengkapi dan memperkaya pesan nonverbal. Misalnya: air muka anda menunjukkan tingkat kesedihan atau penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata. 
  5. Aksentuasi, aksentuasi menegaskan pesan verbal. Misalnya: anda mengungkapkan kejengkelan anda dengan memukul meja atau sebaliknya anda mengungkapkan kegembiraan dengan tertawa dan bertepuk tangan.

Klasifikasi Pesan Nonverbal
            Komunikasi nonverbal adalah semua bentuk komunikasi yang tidak menggunakan pesan berupa kata-kata. Pesan nonverbal dapat terbagi atas:

Paralanguage
            Apa yang kita katakan menggunakan kata, frase, atau kalimat penting dalam proses komunikasi. Namun, seringkali cara kita menggunakan bahasa jauh lebih penting sebagai sumber informasi daripada kata-kata itu sendiri. Inilah yang dikenal sebagai paralanguage (paralinguistik), yaitu cara kita menggunakan bahasa. Paralanguage dapat terbagi atas:

  1. Bentuk vokalik (ucapan). 
  2. Bentuk tertulis.

            Paralanguage dalam bentuk ucapan misalnya kecepatan bicara, tinggi rendahnya suara, intonasi, cara berhenti, ucapan-ucapan tertentu dalam bicara (misalnya, seringkali dalam berbicara orang banyak berkata nah, eh, daripada, ehm, oh, oh ya? Dan sebagainya), artikulasi, keteraturan berbicara sesuai tata bahasa, dan sebagainya. Paralanguage dalam bentuk tulisan adalah penampilan visual tertulis. Misalnya kerapian tulisan, format tulisan, cara tulisan tertulis (tulisan tangan atau terketik; jika diketik, diketik dengan apa: mesin tik biasa, mesin tik listrik, atau komputer), pemisahan suku kata, penggunaan huruf besar dan kecil, warna tinta yang dipakai, aturan tata bahasa, dan sebagainya.
            Paralinguistik dapat menunjukkan hal-hal tertentu tentang sumber, seperti etnik, tingkat pendidikan, usia, tingkat emosi atau perasaan, dan sebagainya. Semua itu dapat menjadi dasar persepsi kita tentang orang lain.

Ekspresi wajah
            Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
Kontak mata
         Merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinteraksi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan dan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.

Penampilan (appearance)
            Dalam komunikasi manusia, penampilan memegang peranan penting. Kesan pertama seseorang tentang orang lain umumnya dibentuk dari penampilan orang tersebut. Kesan awal ini menentukan komunikasi selanjutnya. Sejumlah faktor yang menyumbang penampilan adalah wajah, mata, rambut, bentuk fisik tubuh, pakaian, perlengkapan, dan artifak. Wajah seseorang merupakan sumber informasi terbaik yang menunjukkan kondisi emosional seseorang. Kita mengetahui seseorang marah, bahagia, sedih, kecewa, tertarik, keterkejutan, takut, ketidakmengertian, muak, dan sebagainya dari wajahnya. Menurut penelitian, wajah seseorang bisa menampilkan 250.000 ekspresi.
            Di dalam wajah, yang paling menentukan adalah mata. Mata seseorang menentukan banyak hal, seperti ketertarikan dengan orang lain. Ketertarikan dengan topik yang berbeda dengan seseorang (misalnya: tatapan sepasang suami-istri dengan tatapan dua orang teman biasa tentu berbeda), cara seseorang menilai orang lain, dan sebagainya. Rambut juga merupakan sumber komunikasi yang penting. Panjang-pendek rambut, warna rambut, potongan rambut, dan sebagainya merupakan faktor penyumbang yang penting dalam menilai, misalnya kepribadian seseorang, usia, pekerjaan, nilai, kepercayaan, dan suku bangsa.
            Faktor yang juga turut mempengaruhi penampilan adalah bentuk tubuh seseorang. Tak bisa dihindari, seringkali kita menilai seseorang dari bentuk dan ukuran tubuh. Orang yang bertubuh gemuk dan bulat kita nilai memiliki kepribadian hangat, jujur, terbuka, baik hati, pemaaf, dan lembut. Orang yang bertubuh kurus dinilai tertutup, dingin, sensitif, pemalu, dan keras. Orang yang bertubuh atletis antara lain dinilai aktif, temperamental, percaya diri, argumentatif, dan dominan.
            Pakaian dan aksesorisnya menunjukkan beberapa fungsi bagi manusia, seperti daya tarik, status, dan identifikasi kelompok. Pakaian dan perlengkapannya seperti topi, jaket, dan badge dapat menunjukkan identitas seseorang, kepribadiannya, sifat, konfisi keuangan, pekerjaan, nilai yang dianut, agama, budaya, dan sebagainya. Semuanya itu sangat penting dalam proses komunikasi. Kalau anda melihat lawan bicara anda berpakaian kumal dan bertato, kemungkinan besar anda akan menggunakan bahasa prokem ketika berbicara dengannya (karena anda mengira dia preman). Tetapi kalau anda berhadapan dengan seorang pria berjas dan berkacamata maha, anda pasti akan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (anda mungkin mengira dia pengusaha besar, manajer, pejabat, atau dosen). Contoh lain ialah kita tidak ragu-ragu untuk mengucapkan “assalamu’alaikum” ketika menyapa seseorang yang berjilbab. Namun kita memilih untuk mengucapkan salam seperti “halo” dan “selamat pagi” kepada wanita lain yang tidak berjilbab. Mengapa? Karena pada yang terakhir ini kita tidak mengetahui secara persis apa agama orang tersebut.
            Artifak (objek di luar diri individuyang dapat menjadi sumber informasi lain tentang individu tersebut seperti: mobil, rumah, kartu kredit, tas, kartu nama, dan sebagainya) juga berperan penting. Artifak dapat memberikan kesan bagi seseorang mengenai kekayaannya, pekerjaannya, status, kepribadian, dan sebagainya. Orang memiliki penilaian tersendiri jika seseorang tinggal di Pondok Indah dibandingkan di suatu pemukiman kumuh, atau tinggal di rumah susun dibandingkan di real-estate.

Gestura (kinesik)
            Gestura adalah gerakan tubuh. Gestura dapat disengaja (purposeful) sengaja dikirimkan dengan tujuan tertentu dan tidak disengaja (incidental atau unintended). Sejumlah gesture dapat merupakan pelengkap bagi sinyal-sinyal verbal (misalnya anda berkata “ya” sambil mengangguk-angguk) atau menggantikan sinyal verbal (misalnya mengangkat bahu untuk menunjukkan “tidak tahu”).

Sentuhan (haptik)
            Alat penerima sentuhan ialah kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang lain melalui sentuhan. Sentuhan merupakan ungkapan seperti perhatian, rasa sayang, rasa takut, marah, kebahagiaan, dan keakraban. Sentuhan dapat menunjukkan tingkat keakraban hubungan seseorang dengan orang lain, budaya, dan suku bangsa seseorang.

Ruang dan Jarak (proksemik)
            Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan tingkat keakraban kita dengan orang lain. Edward T. Hall menyebutkan ada empat macam jarak dalam interaksi antarmanusia, yaitu jarak akrab/intim, jarak personal, jarak sosial, dan jarak publik. Sejumlah faktor mempengaruhi kita dalam berinteraksi dalam jarak-jarak ini, misalnya tingkat hubungan kita dengan orang lain, topik yang dibicarakan, latar belakang budaya, sikap dan perasaan kita tentang orang lain, usia individu yang terlibat, dan sebagainya.
            Pesan proksemik juga diungkapkan melalui pengaturan ruangan dan furniture yang dipakai. Pesan proksemik ini dapat menunjukkan tiga fungsi, yaitu:

  1. Mengarahkan perilaku. Pesan proksemik mempengaruhi perilaku seseorang. Misalnya pengaturan kursi dan meja di restoran fast food dirancang agar orang tidak berlama-lama di sana, jalan-jalan di taman membuat orang diatur harus berjalan di mana, dan sebagainya. 
  2. Mengatur interaksi. Interaksi juga dapat ditunjang oleh lingkungan. Misalnya, ruang kuliah yang besar dengan mimbar di depan membuat kuliah berlangsung satu arah (dari dosen ke mahasiswa). Sekat-sekat tinggi di perpustakaan dirancang agar orang-orang tidak bisa saling mengobrol dan sekat-sekat yang tidak terlalu tinggi di kantor-kantor memungkinkan orang tetap bisa saling berbicara namun di sisi lain tidak terlalu terbuka hingga pekerjaan masing-masing tidak terganggu. 
  3. Memberikan nilai simbolik. Lingkungan fisik melalui ukuran, bentuk, warna dekor, dan sebagainya juga memberikan nilai simbolik yang penting bagi individu. Misalnya berada di sebuah ruangan besar, beratap tinggi, dengan furniture berwarna gelap, sejumlah lilin menyala, ada buku-buku tua dan sekelilingnya bermakna simbolis tertentu bagi kita. Sejumlah kampus mengecat dinding kelasnya dengan warna-warna tertentu, seperti kuning, biru muda, ungu, dan sebagainya.

Waktu (kronemik)
            Penggunaan waktu juga penting dalam komunikasi manusia. Konsep yang berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Orang Indonesia terkenal punya “jam karet”, sementara orang Barat terkenal tepat waktu. Bagi suku bangsa tertentu, “besok” bisa berarti “kapan-kapan”. Prinsip “waktu adalah uang” mempengaruhi perilaku kita. Anda datang terlambat atau tepat waktu dalam sebuah pertemuan juga bisa berarti banyak. Dalam sebuah pertemuan atau upacara penting, biasanya, orang yang paling tinggi jabatannya (atau orang yang paling penting dan dinanti-nanti) adalah orang yang datang paling akhir. Banyak lagi contoh lainnya. Semuanya itu sangat mempengaruhi proses komunikasi.

Postur Tubuh dan Gaya Berjalan
            Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

Sound (Suara)
            Rintihan, menarik nafas panjang, dan tangisan juga merupakan salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi nonverbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.

Gerak Isyarat
            Adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Isyarat digunakan sebagai bagian total dari komunikasi sebagai mengetuk-ngetukkan kaki atau menggerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stres, bingung, atau sebagai upaya untuk menghilangkan stres.

Source: Rubani, Mardhiah. 2010. Psikologi Komunikasi. Pekanbaru: UR Press.
Komunikasi Verbal dan Non-Verbal Komunikasi Verbal dan Non-Verbal Reviewed by Mabrur Muhammad on September 06, 2016 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.